Ekonom Riau Sebut Ego Gubernur Syamsuar Rusak Hubungan Harmonis Dengan Wagubri Edy Natar

Ekonom Riau Sebut Ego Gubernur Syamsuar Rusak Hubungan Harmonis Dengan Wagubri Edy Natar

Syamsuar, Gubernur Riau dan Wakil Gubernur Edy Natar Nasution

BUKAMATA.CO, PEKANBARU - Hubungan Gubernur Riau Syamsuar dengan wakilnya Edy Natar Nasution membuat publik miris. Saling buka-buka aib ke publik dinilai tidak mencerminkan kepemimpinan yang bijak untuk diteladani oleh masyarakat di Bumi Lancang Kuning ini.

Dr Viator Butar Butar, praktisi ekonomi Riau menilai bahwa retaknya hubungan Syamsuar dengan Edy Natar Nasution ini lantaran ego berkuasa sang gubernur hingga enggan mengakomodir dan berdiskusi dalam mengelola pemerintahan yang bersih dan berkualitas.

"Awalnya hubungan mereka terlihat baik dan harmonis. Dalam penyusunan awal 'kabinet'nya (Kadis dan Kaban), Gubernur masih menggandeng Wagub dan ajak diskusi. Tetapi tak lama, mulai renggang. Syamsuar cenderung ingin 'berkuasa sendiri' " kata Viator kepada bukamata.co Selasa sore (12/4/2023) di Pekanbaru.

Viator mencontohkan sewaktu penggantian Ahmad Hijazi sebagai Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Riau kepada Yan Prana, Syamsuar menurut Viator kurang melibatkan Wagub.

Malah kata Viator lagi, dalam penyusunan jajaran eselon III dan IV, Wagub Edy Natar tidak dilibatkan sama sekali.

"Syamsuar cenderung kurang menghargai dan memercayai Wagubnya, padahal seyogyanya karena mereka satu kotak, yang harusnya paling dipercaya Gubernur adalah Wakil Gubernur " ujar Viator.

Viator mengulas, bahwa pada Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur (Pilgub) dulu, beberapa kandidat melamar Edy Natar Jadi Wagubnya, tetapi mantan Danrem 031 Wirabima itu memutuskan sejak dini, berpasangan dengan Syamsuar. "Edy Natar berkontribusi mendapatkan 'perahu' " ujar Viator.

Ketika Syamsuar diserang terkait klub sepakbola kebanggaan Riau yakni PSPS, pengaruh Edy Natar yang kuat meredakan serangan ketika itu beber Viator.

"Hubungan buruk mencuat keluar ketika terbetik video dari CCTV di kediaman Gubernur, Edy Natar marah karena tidak diterima Syamsuar menghadap. Sejak itu sebenarnya hubungan keduanya sudah rusak. Setahu saya banyak yang memprovokasi Edy Natar untuk menyikapi keras. Tetapi saya dengar sendiri, Edy menyatakan, saya ini prajurit. Loyalitas kepada pimpinan adalah mutlak. Itu sudah tertanamkan dalam jiwa. Kecuali ada hal yang sangat luar biasa, saya akan tetap jadi wakil Gubernur yang setia " ungkap Viator.

Namun lantaran pandemi COVID-19 melanda, masyarakat Riau melupakan keretakkan Syamsuar dan Edy Natar tersebut.

Kesetiakawanan Edy Natar Nasution ini kembali teruji saat badai dugaan korupsi Bansos dan Hibak melanda Syamsuar. Karena dalam kasus tersebut Syamsuar menjabat sebagai Bupati Kabupaten Siak.

"Sudah banyak desakan agar sekalian saja kejaksaan didorong untuk menetapkan  Syamsuar Tersangka. Edy Natar tanpa ragu mengatakan saya tidak setuju dan tidak mau. Biarlah semua proses berjalan dan tak perlu didorong-dorong. Saya yakin, dengan jaringan TNI yang dimiliki Edy Natar, kalau beliau mau, lain ceritanya sekarang " ungkap Viator.

"Ternyata perilaku Syamsuar semakin menjadi-jadi, apalagi semenjak kasus Bansos Siak terlihat reda (sudah selesai?). Dalam penggantian Sekda ke SF Haryanto dan mutasi Kadis/Kaban, Edy tidak banyak dilibatkan. Semua berpusat dan berada di tangan Syamsuar seorang " terangnya.

Bahkan kata Viator, setelah SF Haryanto dilantik jadi Sekdaprov Riua, cukup lama tidak menghadap ke Wagub Edy Natar.

"Saya sendiri yang mengingatkan SF Haryanto, apapun alasan atau tekanan dari pihak lain, Sekda harus segera menghadap dan minta arahan Wagub. Kayaknya Edy Natar sudah muak dan tak mampu menahankan lagi, ketika masalah bantuan Masjid dari CSR BRK Syariah mengemuka, beliau meledak " tukas Viator.

Hubungan Syamsuar dan Edy Natar menurut Viator secara formal saja nampaknya. Namun kata dia, sudah tidak ada 'chemistry soul mate' dalam konteks duet pemimpin.

"Kepemimpinan Syamsuar terlihat tidak akomodatif dan tidak  menggerakkan partisipasi aktif stakeholder. Cenderung mengedepankan pendekatan kekuasaan. Dia merasa yang berkuasa, semua diolah. Kalo orang yang lebih berkuasa yang berbicara, baru dia dengarkan " kritik Viator.

Sementara Edy Natar selaku Wagub cenderung mempertahankan sifat dan sikap prajuritnya. 

Gaya kepemimpinan 'penguasa' yang dipertontonkan Syamsuar kata Viator terlihat juga dalam komunikasi publiknya.

Syamsuar jarang sekali membuka dialog dua arah dengan media dan tokoh masyarakat. "Bayangkan saja, kalau mau berkunjung ke kediaman, harus melalui protokoler kaku. HP pun disita. Hanya kalau ada kepentingannya, dia akan terlihat manis dan turun sendiri " ungkap Viator.

Syamsuar kat Viator kemampuan koordinatifnya lemah. Dari semua Gubernur yang dia kenal di Riau ini, Syamsuar yang tidak terlihat akrab atau berusaha menjalin keakraban personal dengan Forkompinda.

Syamsuar juga dinilai bukan tipe pemimpin yang terbuka dan legowo dengan kritik. 
Bahkan kata dia lagi, partisipasi publik terkesan tidak diperlukannya untuk mensukseskan kepemimpinannya.

"Nanti kalau mau Pilkada baru dia berbaik-baik. Setelah itu, tak ada keraguan dia untuk meninggalkan orang dan kelompok yang berkeringat untuk dia. Saya punya catatan tersendiri terkait sikapnya ke PAN, ke Alfedri dalam pilkada Siak, terhadap Bang Arwin, seniornya dan Ketua Tim Sukarelawan Syam Edy di Pilgub lalu. Juga terhadap Edy Natar pasangannya " tukas Viator. 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait